Mengapa mayat dibakar tatkala melakukan Pitra Yadnya (Ngaben)? Sebelum pertanyaan itu dijawab dengan berbagai alasannya, sebaiknya penulis akan mencoba menjelaskan terlebih dahulu apa yang disebut dengan Pitra Yadnya dan keberadaannya yang ber-bhinneka. Pitra Yadnya merupakan bagian dari Panca Yadnya. Empat yadnya yang lain, yaitu Dewa Yadnya, Manusa Yadnya, Rsi Yadnya dan Butha Yadnya. Pitra Yadnya terdiri dari dua kata, yakni “pitra” dan “yadnya”. Secara harafiah, pitra berarti orang tua. Pengertian yang lebih luas, bisa disebut leluhur. Sedangkan kata yadnya berarti pengorbanan yang didasari hati yang tulus ikhlas. Jadi, pitra yadnya berarti pengorbanan yang didasari hati yang tulus ikhlas kepada para leluhur, terutama pada orang tua.
Pitra Yadnya terdiri dari beberapa jenis yang pelaksanaannya ber-bhinneka. Ini disebabkan oleh kedatangan Agama Hindu ke Bali tidak hanya sekali saja, melainkan bergelombang-gelombang dalam jarak puluhan bahkan ratusan tahun. Apalagi wilayah yang dituju dan menjadi basis penyebaran tiap-tiap fase, berbeda-beda, sehingga warisannya yang tertinggal sampai sekarang masih menampakkan ke-bhinnekaan dalam pulau yang tergolong kecil ini. Hal itu bisa kita lihat, betapa berbeda tata cara hidup beragama maupun adat-istiadat tiap-tiap daerah di Bali.
Hindu merupakan agama yang peling berpengaruh untuk terbentuknya ritual upacara ngaben yang ada di Bali. Tetapi ngaben tidak diadopsi langsung dari kebudayaan India. Di Bali, upacara yang juga ritual ini sangat berbeda dengan upacara kremasi ala India. Dari susunan acara hingga alat-alat keperluan upcara ngaben ini sangat berbeda. Bahkan mungkin bisa dikatakan sama sekali tidak meniru atau mengadopsi dari kebudayaan India. Ini terbukti dari penganut Hindu yang di luar pulau Bali yang tidak membakar mayat yang sudah meninggal, mereka menguburnya.
Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang ada di Bali. Upacara Ngaben ini termasuk salah satu upacara yang utama bagi masyarakat Bali, sehingga Ngaben merupakan upacara wajib yang dilakukan jika seseorang meninggal. Proses mempercepat roh, jiwa atau atman kembali kepada Hyang Esa atau Tuhan Yang Esa. Kematian atau meninggalnya seseorang, berarti hubungan dengan dunia nyatanya telah putus, ia dikatakan kembali ke alam baka atau ke akhirat. Tuhan, sang pencipta kelahiran dan kematian yang berwenang menentukan status batas usia, yang tidak dapat diramal oleh manusia, kapan waktunya yang tepat seseorang berpulang ke dunia akhirat.
Di dalam perjalanan kematian tersebut, tidak ada ketentuan yang pasti terhadap seseorang, tidak ada pilih kasih, tidak ada perbedaan kaya atau miskin, semuanya akan berjalan kelak menuju ke arah kematian sesuai dengan kehendak waktu. Jadi, kematian adalah suatu keharusan dari hidup manusia yang kemudian masing-masing suku dan adat-istiadat mempunyai tata cara tersendiri untuk memberikan penghormatan terakhirnya sebagai manusia yang memiliki peradaban budaya.
0 comments:
Posting Komentar